Kota JogjaNews

Kerajaan Abal-abal Muncul Karena Adanya Gangguan Jiwa Pelaku

0
kerajaan abal-abal
FOTO : Arif Mujiono

STARJOGJA.COM, JOGJA. Munculnya fenomena kerajaan abal-abal tak luput dari adanya gangguan jiwa dari pelaku. Munculnya kasus kerajaan abal-abal yang berujung pada penangkapan raja dan ratu itu, Jika dilihat dari sisi kesehatan jiwa, maka terkait adanya gangguan jiwa pada para pelaku.

Menurut ahli spesialis kesehatan jiwa, setiap orang berpeluang mengalami gangguan jiwa, hanya saja yang membedakan adalah tingkat gangguan jiwa yang dialami oleh masing-masing orang bisa berbeda-beda. Gangguan jiwa sendiri di kelompokkan menjadi 2 kriteria, yaitu gangguan jiwa berat dan gangguan jiwa ringan.

Dokter spesialis jiwa dari Rumah Sakit Pusat (RSUP) Dr Sardjito, dr Carla. R. Marchira SpKJ mengatakan kecemasan termasuk dalam kategori gangguan jiwa dalam skala ringan.

Kecemasan yang dimaksud adalah cemas dalam segala hal. Ia mencontohkan kecemasan yang dialami seperti kecemasan yang dialami oleh seseorang secara terus menerus tanpa sebab yang jelas.

“Nek ming cemas karena ujian lak biasa, wong ada penyebabnya, tapi nek setiap waktu cemas, nanti jangan-jangan saya ketiban watu, ketiban klopo, nek wes berkeluarga nanti istri saya selingkuh, [Kalau cuman cemas karena ujian itu biasa, karena ada penyebabnya, tapi kalau setiap saat merasa cemas, nanti jangan-jangan saya kejatuhan batu, kejatuhan kelapa, terus kalau sudah berkeluarga nanti istri saya selingkuh], itu sudah tidak normal,” kata dokter yang juga mengajar di Fakultas Kedokteran UGM tersebut dengan logat jawanya yang sangat kental.

Lebih lanjut dr Carla menjelaskan gangguan jiwa berat ditandai dengan waham dan halusinasi.

“Rumangsane dekne rojo, otowo rumangsane dekne sekjen, [kalau dia merasa raja, atau merasa dia seorang sekjen] itu termasuk waham, karena sudah tidak dapat dikoreksi,” katanya, sambil mencontohkan kasus kerajaan agung sejagat yang terjadi di Purworejo beberapa waktu lalu.

Sedangkan halusinasi ditandai dengan kelainan panca indera.

“Misale weruh-weruhen sing wong liyo ora iso weruh, krungon-krungon, [misalnya seperti melihat sesuatu tapi orang lain tidak bisa melihat, seperti mendengar bisikan gaib], itu termasuk halusinasi,” imbuhnya.

Masih menjelaskan berkaitan tentang seseorang yang mengalami gangguan jiwa berat, dr Carla menambahkan jika orang tersebut sudah tidak mempunyai kepedulian dengan dirinya sendiri dan yang ada disekitarnya.

“Nah nek wes berat banget, arep klambenan ora peduli ora klambenan yo ora isin, [nah kalau sudah berat sekali, mau pakai baju atau tidak dia tidak peduli dan tidak malu], itu contohnya gangguan jiwa yang lebih berat,” pungkasnya.

Hati-hati Berbagi Informasi Hoax Didenda Rp 1 M

Previous article

Ternyata Karena ini, Rela jadi Pengikutnya Sunda Empire

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Kota Jogja