News

Menyulap Harga Garam Rp200 per Kg Jadi Puluhan Ribu

0
Mengonsumsi Garam
Harga Garam (Kusnul Istiqomah)

STARJOGJA.COM, Info – Harga garam yang memiliki nilai jual tidak lebih dari Rp600 per kilogram mampu disulap  Septi Ariyani (37), warga Desa Grogol, Kecamatan Gunungjati, Kabupaten Cirebon, menjadi bahan baku untuk pembuatan produk kosmetik bernilai jual tinggi.

Sebelum beralih profesi menjadi produsen garam kecantikan, Septi tercatat sebagai pegawai di Dinas Kelautan dan Perikanan serta petugas tenaga pendamping program garam dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia.

Saat menjalani pekerjaan sebelumnya, Septi mengaku geram lantaran pada 2011 hingga 2015, harga garam di Kabupaten Cirebon hanya dihargai Rp200 per kilogram, sehingga menumpuk di gudang penyimpanan.

“Saya lihat ada garam yang dipanen beberapa waktu lalu, tetapi di tahun selanjutnya belum terjual,” kata Septi di Kabupaten Cirebon, Rabu (5/2/2020).

Baca Juga : Harga garam di Sleman masih tinggi meski impor garam sudah dilakukan

Pada 2016, Septi memantapkan diri untuk berhenti kerjaan tersebut dan memilih menjadi produsen garam kecantikan, karena pada saat itu di Kabupaten Cirebon belum ada yang menggeluti usaha garam kecantikan.

Beberapa hari setelah berhenti bekerja di pemerintahan, Septi pun mengikuti pelatihan dari Balitbang KKP Republik Indonesia di Desa Rawaurip, Kecamatan Pangenan, Kabupaten Cirebon tentang cara memanfaatkan garam menjadi produk dengan harga tinggi.

“Di situ saya semakin yakin kalau garam bisa dimanfaatkan jadi produk bernilai tinggi, bukan hanya untuk kebutuhan pangan atau industri. Saya putuskan memilih garam kecantikan,” katanya.

Di luar negeri, kata Septi, garam kecantikan sudah lama populer digunakan untuk perawatan tubuh. Bahkan warga Indonesia yang ingin mendapatkan garam kecantikan harus impor terlebih dahulu.

“Di luar negeri itu harganya Rp700 ribu. Banyak yang pakai juga kalangan menengah ke atas,” katanya.

Berbagai jenis produk yang berhasil dibuat oleh Septi untuk perawatan, di antaranya, hair treatment, scrub, face toner, penghilang jerawat serta kusam di wajah, lulur mandi, dan aroma terapi.

Masing-masing produk memiliki harga bervariasi, face scrub Rp40.000, hair treatment Rp35.000, foot salt Rp50.000, face toner Rp35.000, body scrub Rp50.000, dan lulur mandi Rp50.000. Dalam sebulannya Septi mampu meraup keuntungan hingga puluhan juta rupiah.

“Saya jual dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan produk impor. Produk saya ini sekarang sudah ada di enam daerah, ada di Palembang, Surabaya, Bandung, Surabaya, Bekasi, sama Jakarta, sisanya online,” kata Septi.

Saat ini, Septi sengaja menyewa 25 hektare lahan di Desa Bungko, Kecamatan Suranenggala, Kabupaten Cirebon dengan harga Rp5 juta hektare. Hal tersebut dilakukan untuk mendapatkan garam raw material kualitas tinggi.

“Alasan sewa lahan karena banyak petani tidak serius mempertahankan kualitas. Padahal kalau bagus dibutuhkan banyak orang,” katanya.

Sumber : JIBI

Ekonomi di DIY 2019 Tumbuh 6,60 Persen

Previous article

Fakta Bodoh Karena Mecin atau Kekurangan Gizi

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in News