News

Staf Khusus Milenial Presiden Jokowi vs FightCovid19.id

0
 Andi Taufan mundur
Presiden Joko Widodo (kiri) bersama staf khusus yang baru dari kalangan milenial (kiri ke kanan) CEO Amartha Andi Taufan Garuda Putra, Perumus Gerakan Sabang Merauke Ayu Kartika Dewi, Pendiri Ruang Guru Adamas Belva Syah Devara, CEO dan Founder Creativepreneur Putri Indahsari Tanjung, Mantan Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia/PMII Aminuddin Ma'ruf, Peraih beasiswa kuliah di Oxford Billy Gracia Yosaphat Mambrasar dan Pendiri Thisable Enterprise Angkie Yudistia ketika diperkenalkan di halaman tengah Istana Merdeka Jakarta, Kamis (21/11/2019). ANTARA FOTO/Wahyu Putro A/nz

STARJOGJA.COM, Info – Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki tujuh Staf Khusus (Stafsus) Milenial untuk menjalankan tugas kesehariannya. Diumumkan pada pertengahan November 2019, beberapa Stafsus Millennial itu kini menjadi bahan pembicaraan sejumlah kalangan.

Pasalnya, para Stafsus Millennial yang mayoritas merupakan pendiri dari perusahaan rintisan (startup), disinyalir beberapa pihak memiliki konflik kepentingan dari proyek pemerintah akhir-akhir ini, misalnya soal Kartu Prakerja.

Setidaknya, ada dua yang demikian. Mereka adalah Andi Taufan Garuda Putra (pemilik Amartha, sebuah perusahaan fintech) dan Adamas Belva Syah Devara (pendiri Ruangguru).

Andi Taufan bermasalah karena menulis surat yang ditujukan kepada camat di seluruh Indonesia. Surat itu berisi komitmen Amartha untuk turut dalam program Relawan Desa Lawan Covid-19 yang diinisiasi oleh Kemendes. Sedangkan Belva, perusahaannya menjadi rekanan pemerintah dalam program Kartu Prakerja.

Sebenarnya, Millennial yang memiliki peran di masyarakat bukan hanya mereka saja. Terutama, kala Indonesia menghadapi wabah Corona. Untuk hal ini, ada satu sosok Millennial yang cukup menonjol.

Dia adalah Ahmad Alghozi. Dikutip dari Laman Disway.id, yang dimiliki Dahlan Iskan, Alghozi menciptakan aplikasi untuk diabdikan kepada negeri: tracking Covid-19.

Awalnya Alghozi prihatin dengan penampilan data Covid-19 yang amat tradisional yang tiap hari disiarkan di televisi. Ia ingin menciptakan aplikasi dalam bentuk peta dan data. Yang petanya bisa diklik. Lalu muncul data di balik peta.

Ia telah tawarkan aplikasi itu ke mana-mana. Namun, tidak ada yang menyambutnya.

Tapi dari jerih payah memasarkan aplikasinya itu muncul ide penyempurnaan: tracking. Rupanya ia menemukan kenyataan di lapangan: tracking lebih penting dari peta dan data. Maka Alghozi menciptakan aplikasi ‘FightCovid19.id’.

“Dengan aplikasi Alghozi itu siapa pun yang datang ke Bangka Belitung [daerah yang pertama kali menggunakan FightCovid19.id] terkontrol ketat. Semua penumpang dimonitor lewat aplikasi. Baik yang lewat laut maupun udara,” tulis Disway.id.

Sayangnya, tak seperti Stafsus Millennial Presiden, keberadaan Alghozi ini tak terdengar keras di tengah masyarakat.

Sumber : Bisnis

Cara Membuat Cemilan asal Spanyol Churros yang Viral

Previous article

Hari ini, Hujan Masih Akan Guyur DIY

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in News