News

Sultan Sebut Bahasa Jawa Bisa Punah 75 Tahun Lagi

0
bahasa jawa punah

STARJOGJA.COM, Info – Gubernur DIY Sri Sultan HB X berharap Kongres Aksara Jawa dapat menaikkan minat baca tulis aksara jawa di kalangan masyarakat. Sebab jika tidak dilestarikan dengan baik  bahasa Jawa bisa punah. Demikian dikatakan Sultan pada Kongres Aksara Jawa I yang digelar secara daring, Senin (22/3/2021).

Pernyataan Sultan soal kepunahan bahasa Jawa ini dikutip dari Barbara Grimes (2001) yang menengarai fenomena kepunahan bahasa daerah terjadi oleh sebab-sebab di antaranya penurunan drastis jumlah penutur aktif, ranah penggunaannya semakin berkurang, pengabaian bahasa ibu oleh penutur usia muda, usaha memelihara identitas etnik tanpa bahasa ibu, generasi terakhir tidak mahir berbahasa ibu, dan semakin punahnya dialek-dialek satu bahasa oleh keterancaman bahasa indo dan bahasa gaul.

“Kalau pun tidak punah sepenuhnya, karena masih adanya pemertahanan bahasa [langague maintenance], atau terjadi pergeseran bahasa [language shift] dan perubahan bahasa [language change] ke bahasa Nasional,” kata Sultan.

BACA JUGA: Ikuti Penulisan Naskah Sandiwara Radio Berbahasa Jawa

Sultan juga mengutip pernyataan Ibrahim (2008) menggunakan hipotesa sosiolinguistik menandai, bahwa semakin muda usia penutur yang tidak lagi mahir menggunakan bahasa ibu, maka semakin cepat mengalami kepunahannya.

“Jika bahasa daerah hanya digunakan oleh penutur berusia 25 tahun ke atas dan usia yang lebih muda tidak menggunakannya, jangan disesali jika 75 tahun ke depan atau tiga generasi, bahasa itu akan terancam punah. Dan seterusnya, dengan penghitungan umur satu generasi selama 25 tahun,” papar Sultan.

Lebih lanjut Raja Kraton Ngayogyakarta ini memaparkan berdasarkan data UNESCO Atlas of Worlds Languages menyebutkan ada 2.500 bahasa di dunia, termasuk bahasa-bahasa daerah di Indonesia, terancam punah. Dari jumlah itu, lebih 570 bahasa statusnya sangat terancam punah dan lebih 230 bahasa telah punah sejak 1950.

Pengelola Nama Domain Internet Indonesia (PANDI) menyebutkan, dari 718 bahasa daerah di Indonesia, 169 terancam punah karena jumlah penuturnya kurang dari 500 orang. Agar bisa bertahan, bahasa harus digunakan oleh minimal 10 ribu orang untuk memastikan transmisi antargenerasi.

Hingga saat ini, baru ada tujuh yang terdaftar di Unicode, antara lain aksara Jawa (Hânâcârâkâ) dan aksara Arab Pegon yang banyak terdapat dalam manuskrip, berupa Sêrat, Babad dan Kidung yang tersimpan di Museum Widya Budaya, Kraton. Dalam hal ini, PANDI telah bekerjasama dengan Kraton dan PBNU. Faktanya, kurang masih lima persen bahasa daerah di dunia bisa diakses secara online.

Terdapat sejumlah peserta yang telah datang di GSP UGM juga terpaksa menunda vaksinasi karena tidak lolos saat pemeriksaan kesehatan oleh nakes. Beberapa diantaranya akibat tekanan darah diatas 180, suhu tubuh diatas 37,5 derajat celcius, dan lainya. Bagi mereka yang gagal vaksin nantiya akan dijadwalkan kembali menerima vaksin saat kondisi kesehatan telah membaik. Rencananya pelaksanaan vaksinasi yang tertunda akan dilaksanakan di Rumah Sakit Akademik (RSA) UGM.

“Kita buka kesempatan bagi teman lansia yang kemarin belum berhasil di vaksin untuk bisa menerima vaksin yang nantinya akan dilaksanakan di RSA UGM,” ucapnya.

Sementara itu untuk pemberian vaksin dosis kedua akan diberikan 28 hari setelah vaksinasi dosis pertama. Menurut rencana vaksin dosis kedua akan diberikan kembali pada 16-17 April 2021 di GSP UGM.

 

sumber : harianjogja

Dewa Kipas Kalah 3-0 dari WGM Irene Sukandar

Previous article

Vaksinasi Covid-19 di UGM Tanpa KIPI Serius

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in News