Kota JogjaNews

Festival Film Asia Putar 159 Film, Beri Ruang untuk Sinema Tiongkok

0

Jogja-NETPAC Asian Film Festival (JAFF) ajak warga Jogja mencermati sisi lain Tiongkok.

JAFF memasuki usia 10 tahun pada gelarannya di 2015 ini. Tahun ini, tema (Be)Coming diangkat dalam gelaran festival film yang menjadi salah satu dari 25 Coolest Festival in The World versi majalah Moviemaker.

“Tema tahun ini bisa diangkat menjadi 2 hal, being dan coming juga becoming,” papar Budi Irawanto, Direktur Festival JAFF di Greenhost, Prawirotaman, Jogja, Senin (30/11/2015).

JAFF akan digelar pada 1-6 Desember di berbagai tempat di penjuru Jogja antara lain Taman Budaya, Bentara Budaya, dan Empire XXI.

Tema ini merujuk pada keberadaan sinema Asia yang memberi warna baru pada identitas film di seluruh dunia dan bagaimana JAFF merupakan salah satu faktor yang berkontribusi banyak dalam hal itu.

“Being” menyatakan keberadaan sinema Asia mampu unjuk kemampuan di berbagai festival dunia. “Coming” merujuk pada kemampuan sinema Asia menerjemahkan keragaman yang terjadi di Asia dalam bahasa sinema.

Gabungan kedua kata tersebut, Becoming menjadi istimewa karena maknanya bahwa sinema Asia masih terus berproses karena kolaborasinya dengan berbagai pihak.

Gelaran JAFF juga dikenal dengan ciri khas pelaksanaan public lecture yang mewadahi karakter unik Jogja sebagai kota pendidikan. Di tahun ini, public lecture JAFF menggelar seminar bertajuk “Becoming Asia” yang menegaskan pentingnya tidak melihat sinema Asia dalam pengertian yang baku dan tak berubah.

Tiongkok diambil sebagai studi kasus karena perkembangan negara tersebut di dunia modern ini sebagai suatu kekuatan baru.

“Semua berpikir Tiongkok sebagai suatu kekuatan perdagangan, pusat uang tapi tidak ada yang pernah memikirkannya dalam karya sinemanya atau kebudayaannya,” jelas Budi.

Khusus untuk tema yang diambil ini dihadirkan pula Isabelle Glachant, wanita yang aktif sebagai produser sinema-sinema negeri tirai bambu tersebut.

Program bertajuk Focus on Chinese Cinema bertujuan menangkap geliat kontemporer sinema Tiongkok dengan keragaman tema, gaya dan bahkan lokasi produksinya. JAFF 2015 memutar 6 film Tiongkok yang terdiri dari 4 film fiksi dan 2 film dokumenter.

Seluruhnya akan memberi potret yang kompleks akan Tiongkok yang jauh dari impian imaji eksotis dan stereotipikal ala film-film Hollywood. Bahkan beberapa film Tiongkok yang diputar merupakan potret kehidupan orang-orang Tibet yang notabene adalah hal yang jarang diangkat bahkan di negeri itu sendiri.

JAFF 2015 akan memutarkan 159 film baik panjang maupun pendek dari 23 negara di Asia. Tiap film yang diputar terangkum dalam beberapa program antara lain Asian Features, The Faces of Indonesia Cinema Today, dll.

Akan ada pula 3 program fringe yakni Open Air Cinema, Forum Komunitas, dan Public Lecture. “Program Open Air akan dilaksanakan di 5 titik seputar Jogja yakni Kotagede, Kraton, Banyuraden, Kasihan, dan Sedan,” jelas Ismail Basbeth, Program Director JAFF.

Forum Komunitas JAFF 2015 menghadirkan 36 komunitas yang akan melakukan presentasi mengenai prestasi dan perkembangan komunitas mereka. “Untuk tahun ini, direktur komunitas langsung bertanggungjawab pada direktur festival agar tak ada kesalahan interprestasi dari kami,” jelas Ismail.

Bawa Anak Kecil Saat Konvoi, Apa Sanksinya?

Previous article

Suryodilogo Tak Diizinkan Naik Kyai Manik Kumolo

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Kota Jogja