Kota JogjaNews

Biennale JogjaEquator #5 Angkat Isu Pinggiran

0
Biennale JogjaEquator #5
FOTO : Boby Visca

STARJOGJA.COM, JOGJA – Biennale JogjaEquator #5 mengangkat tema spesifik mengenai isu pinggiran. Berangkat Dari Pinggiran, itulah tema yang diambil.

Alia Swastika selaku Direktur Yayasan Biennale Yogyakarta menjelaskan bahwa kegiatan Biennale kali ini ingin melihat konsep bangsa di kawasan Asia Tenggara. Ia menjelaskan bahwa ada 3 kurator utama dalam kegiatan ini. Dua dari Indonesia dan satunya dari Thailand.

“Kita sekarang punya dua kurator, yaitu Arham Rahman dan Akiq AW. Dua kurator dari Indonesia ini yang membangun gagasan dengan Biennale Jogja. Bekerja sama dengan kurator dari Thailand, Penwadee Nophaket Manot,” jelas Alia kepada awak Media , Senin (11/03/2019).

Awal dan akhir tahun ini, menyambut Biennale Jogja Equator #5, digelar Focus Group Discussion (FGD) dan sosialisasi Biennale. FGD yang dilakukan Desember 2018 lalu, Biennale mengundang beberapa praktisi dan akademisi yang fokus pada kajian Asia Tenggara. FGD ini dilakukan untuk mendiskusikan pandangan mereka terkait dengan konteks, politik, sosial dan budaya.

Arham Rahman sebagai Kurator dalam kegiatan ini menjelaskan spesifik terkait dengan konsep pinggiran yang diangkat dalam kegiatan ini. Meskipun dirasa dilematis, tapi isu ini menjadi isu yang cukup menarik dalam Biennale tahun ini. Isu ini juga menjadi pembeda dengan penyelenggaraan Biennale tahun sebelumnya.

Menurutnya, dalam sebuah penyelenggaraan ia tidak mau terjebak dalam dua hal yakni terkait dengan eksotisasi isu dan mengulang-ulang kembali isu yang sudah ada. Sehingga, tidak ada kebaruan dalam sebuah penyelenggaraan Biennale Jogja Equator #5.

Penyelenggaraan kali ini diharapkan menjadi titik awal pengembangan seni dan sejarah di Asia Tenggara, khususnya Indonesia.

“Edisi equator kali ini ingin membicarakan Asia Tenggara. Bahwa Asia Tenggara tidak harus terkait dengan konteks global China Amerika. Maka dengan pinggiran kita bisa sama-sama belajar. Biennale menjadi titik awal membicarakan itu,” tutur Alia Swastika menambahkan.

Biennale Jogja (BJ) adalah perhelatan besar seni rupa yang diselenggarakan setiap dua tahun diorganisasi oleh Yayasan Biennale Yogyakarta (YBY). Sejak tahun 2011, penyelenggaraan BJ berangkat dari satu tema besar yaitu EQUATOR (KHATULISTIWA). Rangkaian Biennale ini mematok batasan geografis tertentu di planet bumi, yakni kawasan yang terentang diantara 23.27 LU dan 23.27 LS.

 

Yakkum Pimpin Deklarasi Poros Belajar Inklusi Disabilitas

Previous article

Pencabutan 2 Obat Kanker dari Jaminan BPJS Ditunda

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Kota Jogja