Kota JogjaNews

Hanya 3 Perusahaan Ikut Lelang Bus Gratis

0
lelang bus gratis
Ilustrasi Bus Trans Jogja

STARJOGJA.COM, JOGJA – Hanya 3 Perusahaan Ikut Lelang Bus Gratis. Besarnya modal yang harus disiapkan untuk mengelola bus trayek Godean, Ngemplak, dan Ngaglik membatasi perusahaan lokal DIY yang mengikuti lelang oleh Kementerian Perhubungan.

Perusahaan pemenang sebagai operator paling tidak harus menyiapkan modal Rp2,5 miliar di awal karena biaya operasional kendaraan (BOK) dari Pemerintah Pusat baru dibayarkan tiga bulan setelah beroperasi.

Kepala Bidang Angkutan Dinas Perhubungan DIY Sumaryoto mengaku sudah berupaya menyosialisasikan ke berbagai pengusaha serta koperasi yang bergerak di bidang angkutan di DIY. Namun, tidak banyak yang berani mengikuti lelang. Hingga awal 2020 ini, Hanya 3 Perusahaan Ikut Lelang Bus Gratis.

“Kayaknya cuma tiga [perusahaan], berat masalahnya. Kalau koperasi juga berat untuk melaksanakan kegiatan itu, karena harus nalangi [membiayai di awal] tiga bulan operasional baru diklaim. Paling enggak [minimal] ya punya [modal] Rp2,5 miliar untuk menjalankan tiga bulan kan,” katanya kepada Harian Jogja.

Kementerian Perhubungan memberikan anggaran untuk pengoperasian tiga trayek baru yaitu Ngemplak, Ngaglik dan Godean menggunakan 28 bus, sehingga penumpang bisa naik bus secara cuma-cuma. Seluruh biaya operasional kendaraan bus ini akan ditanggung oleh Pemerintah Pusat melalui sistem buy the service. Angkutan perkotaan ini beroperasi di wilayah yang selama ini belum bisa tersentuh Trans Jogja.

Sebanyak 28 bus akan memberikan layanan dengan konsep yang hampir sama dengan Trans Jogja. Penumpang bisa naik turun di titik tertentu, tetapi bukan di halte melainkan di setiap titik pemberhentian bus yang sudah ditetapkan.

Sumaryoto mengatakan tiga perusahaan lokal yang mengikuti lelang itu antara lain, PT Anindya Mitra Internasional (AMI), PT Jogja Tugu Trans (JTT) dan Koperasi Niko.

“Pemenang harus menyiapkan sasis [bus], merekrut tenaga, menggaji SDM, memang berat [modalnya],” ucapnya.

Bus tersebut ditargetkan mengaspal sekitar April 2020. Penyedia sasis, karoseri, Organda sudah dipertemukan untuk melihat kemungkinan harus dilakukan impor bahan terlebih dahulu. “Tinggal tunggu proses lelang, kalau sudah ditentukan pemenangnya karoseri pasti siap. Belum ditentukan [pemenangnya], termasuk perusahaan lokal DIY yang mengikuti juga belum memberikan informasi ke saya siapa pemenangnya,” ujarnya.

Ia menambahkan Dishub DIY sudah menyiapkan sejumlah titik pemberhentian bus. Untuk pemasangan rambunya, Dishub DIY masih menunggu perkembangan lelang dari Kemenhub. Harapannya jarak antara pemasangan rambu dengan beroperasinya bus tidak terpaut jauh. Dana untuk pembuatan fisik rambu lalu lintas telah dianggarkan di Dishub DIY di 2020.

“Jangan sampai sudah kami pasang, terpaut lama busnya belum lewat [beroperasi], nanti rambunya hilang. Harapannya misal ini ya, saya memasang [rambu] Februari, paling tidak Maret operasional, selisihnya sebulan,” ujarnya.

Ia menyatakan fungsi rambu itu nantinya sebagai titik pemberhentian bus untuk menaikkan dan menurunkan penumpang. Bus tidak diperkenankan menaikkan dan menurunkan penumpang di titik lain selain ada tanda rambunya.

Cuaca Ekstrem Berpotensi Terjadi Hingga 8 Januari

Previous article

12 Pemda Tetapkan Status Tanggap Darurat

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Kota Jogja