News

Ekonomi India Diprediksi Melambat Usai Lockdown

0
puncak Omicron
Migrant workers and their families board buses during a lockdown imposed due to the coronavirus in New Delhi, India, on Saturday, March 28, 2020. Indian Prime Minister Narendra Modi ordered the unprecedented move this week in a bid to replicate China’s relative success containing the coronavirus outbreak. But he faces perhaps more obstacles than his neighbor President Xi Jinping, who leveraged the Communist Party’s centralized control to isolate some 60 million people in the province of Hubei, where Covid-19 first emerged. Photographer: Anindito Mukherjee/Bloomberg

STARJOGJA.COM, Info – India yang menerapkan lockdown terbesar di dunia, akan mengalami kelumpuhan ekonomi. Menurut survei Bloomberg, pertumbuhan ekonomi India kuartal Januari-Maret 2020 yang akan dirilis pemerintah pada Jumat pekan ini diperkirakan akan melambat hingga 1,5 persen.

Sementara itu, bank sentral India memperkirakan adanya kontraksi ekonomi pada tahun fiskal berjalan.

Dalam sebuah laporan, Kepala Ekonom India Deutsche Bank AG Kaushik Das memperkirakan ekonomi akan berkontraksi 5,5 persen pada tahun fiskal saat ini, dengan potensi penyusutan 8 persen jika pandemi berlanjut lama.

Baca Juga : India Longgarkan Karantina, Positif Corona Tembus 100.000

Dilansir Bloomberg, Rabu (27/5/2020), indeks layanan utama India jatuh pada bulan lalu menjadi 5,4. Angka itu merupakan yang terendah di dunia. Sementara indeks manufaktur turun menjadi 27,4. Dua angka tersebut mendorong indeks gabungan turun menjadi 7,2 dari 50,6 pada Maret 2020.

Angka-angka itu menunjukkan pukulan dahsyat terhadap ekonomi akibat pandemi virus Corona dan lockdown yang mulai diberlakukan pada minggu terakhir Maret.

Menurut IHS Markit, perbandingan historis dari indeks layanan dengan PDB menunjukkan ekonomi mengalami kontraksi pada tingkat tahunan sebesar 15 persen pada April.

Penyedia layanan juga mencatat penurunan tajam dalam biaya operasi karena tak beroperasi selama lockdown.

Hal itu kemungkinan akan tercermin dalam inflasi inti dan yang diperkirakan oleh bank sentral akan tetap lemah karena lesunya permintaan dalam perekonomian.

Adapun, ekspor India turun 60 persen pada April dari tahun lalu menjadi US$10,36 miliar karena permintaan global runtuh. Ekspor permata dan perhiasan anjlok 98,7 persen, sedangkan pengiriman tekstil menyusut 71,6 persen. Lemahnya permintaan domestik tercermin dari kontraksi impor yang tajam.

Sementara itu, permintaan konsumen juga lemah. Penjualan mobil di India yang pasar mobil terbesar keempat di dunia, hampir tidak bergerak. Produsen termasuk Mahindra & Mahindra Ltd., pembuat SUV terbesar di negara itu, dan Tata Motors Ltd., pemilik merek mewah Inggris Jaguar Land Rover, telah menutup pabrik selama bulan tersebut.

Sebagai akibat dari lockdown, konsumsi bensin dan solar anjlok seperti halnya lalu lintas barang. Pembekuan dalam kegiatan tersebut menyebabkan ekonomi memangkas sekitar 122 juta pekerjaan bulan lalu.

Kebutuhan untuk pinjaman bank berkurang, meskipun kondisi likuiditas secara keseluruhan menunjukkan perbaikan karena bank sentral memompa lebih banyak dana.

Output industri infrastruktur yang berkontribusi 40 persen pada indeks produksi industri menyusut 6,5 persen pada Maret dari tahun lalu karena penurunan produksi minyak mentah, gas alam, produk kilang, pupuk, baja, semen, dan listrik. Akibatnya, output pabrik  di India menurun 16,7 persen.

 

Sumber : Bloomberg

Mantan Kapten Arsenal Tony Adams Bantu Petenis Akibat Penutupan Turnamen

Previous article

Perusahaan Farmasi ini Akhirnya Ikut Produksi Vaksin Covid-19

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in News