CulinaryFeature

Terus Melegenda, Begini Rahasia Soto Kadipiro Mempertahankan Cita Rasanya

0
soto kadipiro
soto (JIBI)
STARJOGJA.COM, Info –  Sajian soto menjadi salah satu menu favorit masyarakat nusantara dari berbagai kalangan usia. Salah satu soto legendaris di Yogyakarta adalah Soto Kadipiro.

“Awalnya soto ini dibuat simbah saya, namanya Mbah Kartosuwiryo,” kisah Untari.

Untari adalah pemilik bisnis Soto Kadipiro sekaligus keturunan ketiga dari bisnis keluarga ini. Dirinya menuturkan sejarah awal mula Soto Kadipiro yang dirintis sejak tahun 1940-an.

“Bapak saya lahir tahun  1945, dan ini (soto) sudah ada,” kenangnya.

Baca juga : Soto Sumuk Jogja, Rasa Gurih dan Matangnya Arang

Konsistensi Soto Kadipiro hingga bisa terus melegenda tentu bukan tanpa rahasia. Salah satu kuncinya adalah mempertahankan keaslian resep yang telah diwariskan turun-temurun.

“Terutama kita tetap mempertahankan resep asli ya. Kaldunya juga asli ayam kampung,” jelas Untari.

Meski begitu, dirinya tak khawatir untuk mempercayakan karyawan andalannya untuk meracik sendiri resep rahasia Soto Kadipiro ini. Ia pun tak mempermasalahkan bila ada bekas karyawannya yang membuka warung soto yang mirip dengan produknya.

“Rezeki sudah ada yang ngatur,” ujarnya santai.

Nama brand Soto Kadipiro sendiri sejatinya merujuk pada nama tempat, yaitu Kampung Kadipiro. Seiring berjalannya waktu, Untari menyebut bila perlahan nama ini juga menjadi salah satu daya tarik bagi konsumen.

“Saya pikir faktor lokasi juga menentukan, Kampung Kadipiro itu strategis. Tidak terlalu jauh dari Malioboro,” bebernya.

Lebih lanjut, dirinya juga menuturkan bahwa faktor kedekatan emosional dengan pelanggan amat menentukan kesuksesan bisnis keluarganya. Tak pelak, dirinya seringkali kewalahan ketika harus melayani pelanggan setia di saat ramai.

“Kemarin waktu lebaran itu ada yang marah, antrinya panjang. Tapi mau gimana, kita ya cuma (minta) maaf gitu. Soalnya kita bikin urutannya biar adil,” tuturnya.

Ketika disinggung soal produk frozen (beku) dari Soto Kadipiro ini, Untari mengaku belum tertarik. Menurutnya, produknya ini memiliki karakteristik yang tak bisa dikemas dalam bentuk beku saja.

“Karena kan makanan cair ya. Beda lho kalau makanan cair. Beda dengan bakpia,” terangnya menganalogikan.

Soto Kadipiro memang merupakan salah satu potret bisnis makanan yang terbilang cukup mendulang sukses. Dalam sehari saja, warung soto ini bisa menghabiskan 30-40 ekor ayam kampung sebagai bahan baku soto.

“Kalau normal ya tiga puluh sampai empat puluhan, tapi kalau pas kaya lebaran kemarin bisa sekitar seratusan,” kata Untari.

Kini, di tengah ketatnya persaingan produk kuliner dengan beragam inovasi dan kreasi, Soto Kadipiro memilih untuk tetap melestarikan originalitasnya. Alih-alih memodifikasi produk olahan, Untari memiliki strategi lain untuk terus dapat mendulang keuntungan tanpa merusak kekhasan cita rasa sotonya.

“Mungkin kalau di tempat kami ada penambahan menu lauk. Kalau dulu kan nggak ada kaya sate telur puyuh gitu. Nah, untuk menarik minat anak-anak, kita sate telur puyuh gitu-gitu sih,” tukas Untari.

Penulis : Muhammad Imam Khoirul Mutaqin

Bayu

Wah, Ada Kompetisi Surfing Tingkat Nasional di Parangtritis

Previous article

Menyenjakan Diri di Kopi Kemuning: Dari Ngopi hingga Ngrabi

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Culinary