Kota JogjaNews

Bongkar Pasang Revitalisasi Malioboro

0

Pembongkaran Malioboro sebagai bagian dari revitalisasi mendapatkan sorotan. Beberapa pihak menyayangkan pembongkaran yang seakan membuat proyek revitaliasasi Malioboro era 2010-2012 senilai Rp1,9M menjadi mubazir.

Lah, dibongkar ngene ta? Eman-eman (dibongkar seperti ini? Sayang sekali),” celetuk mantan Ketua Komisi C DPRD Kota Jogja Zuhrif Hudaya Jumat (22/4) spontan saat melihat foto pembongkaran trotoar Malioboro di suratkabar.

Foto-foto di suratkabar lokal Jogja menunjukkan aktivitas backhoe yang tengah megeruk kepingan batu candi yang menjadi alas Malioboro. Batu candi berbahan andesit itu pun pecah menjadi serpihan tak beraturan.

Reaksi Zuhrif bisa dipahami, rencana proyek revitalisasi Malioboro menjadi bahasan yang alot di komisi yang dipimpinnya enam tahun lalu. Saat itu dia dan Pemerintah Kota Jogja bersama-sama menggodok rencana revitalisasi Malioboro yang menelan dana APBD Kota Jogja sebesar Rp1,9miliar. Proyek itu pun berlangsung cukup lama, periode pertama dimulai 2010 dan baru selesai akhir 2012.

“Waktu itu konsepnya untuk pedestrian, persis seperti konsep saat ini. Lagipula batu candi disana masih bagus, kok diganti teraso, enggak ngerti juga saya,” keluh politisi PKS ini.

Padahal menurutnya hasil pembahasan revitalisasi Malioboro dulu sudah disepakati banyak pihak. Pemilihan batu candi sebagai alas trotoar pun menurut Zuhrif saat itu dipilih karena dinilai lebih pas dengan kultur Jogja. Malioboro sebagai bagian dari sumbu filosofis dan ikon wisata Jogja sudah memiliki karakter yang kuat dengan konsep revitalisasi waktu itu.

Targetnya 2014 Malioboro sudah bersih dari parkir sehingga wilayah pedestrian hasil revitalisasi Malioboro terdahulu bisa menampakkan pesonanya. Namun dia mengakui revitalisasi Malioboro tak pernah komprehensif. Nyatanya wilayah yang dirancang menjadi area pedestrian itu justru menjadi area parkir dan menghilangkan konsep awalnya.

Kepala Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Energi dan Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) Muhamad Mansyur mengatakan berbeda dengan revitalisasi terdahulu. Revitalisasi kali ini merupakan amanat Undang-Undang Keistimewaan yang menggunakan Dana Keistimewaan.

Secara konsep, revitalisasi kali ini disusun lebih komprehensif. Tak hanya sebatas menata trotoar di Malioboro saja, tetapi juga menyentuh seluruh kawasan sumbu filosofis dari Kraton hingga Tugu Jogja. Fasilitas pendukung kenyamanan pengunjung pun menjadi bagian yang disentuh dalam revitalisasi ini sehingga dari tingkat pengerjaan, proyek revitalisasi kali ini jauh lebih besar.

“Kalau dulu mungkin revitalisasinya belum komprehensif karena sepotong-sepotong, kalau ada anggaran baru dilaksanakan,” kata Mansyur.

Dia menambahkan, penataan Malioboro kali ini bahkan sudah dirancang sejak UUK pertama kali ditetapkan. Proyeknya diawali dengan sayembara desain penataan Malioboro yang dibuka untuk umum. Lima desain terbaik lantas dipadukan dan direalisasikan melalui proyek pembangunan fisik. Dia pun memastikan konsep ini adalah konsep yang sudah pasti dan tak akan mengalami perubahan untuk jangka waktu yang lama.

“Ini kan sudah fix, tiap bagian ada tujuannya, termasuk mengalihkan posisi parkir. Jadi jangan dianggap bongkar pasang, mudah-mudahan revitalisasi yang komprehensif ini jadi revitalisasi terakhir,” beber dia.

Soal nasib material batu candi senilai ratusan juta yang hancur dalam revitalisasi kali ini, Mansyur menilai batu-batu itu adalah inventaris Pemkot yang sudah dicoret dari daftar inventaris. Jadi mereka tak asal menghancurkannya. Selain itu sebelum dibongkar dia menilai banyak juga alas yang bentuknya tak lagi utuh.

Ternyata, Kebiasaan Tidur Bisa Mengubah Bentuk Lidah

Previous article

Stok Beras Puasa & Lebaran Melimpah, Aman Sampai Bulan September

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in Kota Jogja