News

BMKG Sebut Sebagian DIY Siaga Kekeringan

0
Pamsimas
JIBI

STARJOGJA.COM, Info – Setelah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) melalui tidak adanya hujan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta menyatakan potensi bencana kekeringan meteorologis. Hal ini membuat BMKG menyebutkan sejumlah wilayah di Daerah Istimewa Yogyakarta berstatus siaga kekeringan.

“Status siaga karena telah mengalami 31 sampai 60 hari tanpa hujan (HTH) dan prospek peluang curah hujan rendah kurang dari 20 milimeter per dasarian,” kata Kepala Kelompok Data dan Informasi Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Etik Setyaningrum di Yogyakarta, Selasa (21/7/2020).

Ia menjelaskan kekeringan meteorologis disebabkan berkurangnya curah hujan dari keadaan normalnya dalam jangka waktu yang panjang bisa bulanan, dua bulanan, atau lebih.

Baca juga : Kekeringan di Samigaluh, Petani Kesulitan Air

Etik menyebutkan sejumlah wilayah di DIY yang saat ini berstatus siaga kekeringan adalah Kecamatan Bambanglipuro, Banguntapan, Bantul, Dlingo, Imogiri, Jetis, Kasihan, Pajangan, Piyungan, Pleret, Pundong, Sanden, Sewon, Srandakan (Kabupaten Bantul).

Selain itu, Tegalrejo, Umbulharjo (Kota Yogyakarta), Rongkop (Gunungkidul), Galur, Kokap, Lendah, Panjatan, Pengasih (Kulon Progo), serta Berbah, Depok, Gamping, Kalasan, Seyegan (Sleman).

Selain itu, kata dia, sejumlah daerah lainnya di DIY ditetapkan berstatus waspada atau telah mengalami 21-30 HTH dengan prospek peluang curah hujan rendah kurang dari 20 milimeter per dasarian.

Daerah tersebut yakni Kecamatan Pandak (Kabupaten Bantul), Girisubo, Panggang, Purwosari, Tanjungsari, Tepus (Gunungkidul) dan Kecamatan Girimulyo Kalibawang, Sentolo (Kulon Progo), dan Cangkringan, Godean, Minggir, Mlati, Moyudan, Ngaglik (Sleman).

BMKG Yogyakarta mengimbau masyarakat serta pemerintah daerah yang wilayahnya masuk katagori waspada dan siaga kekeringan meteorologis untuk mengantisipasi dampak kekeringan ini terhadap sektor pertanian dan lingkungan.

“Dampaknya mulai dari berkurangnya pasokan air pada lahan pertanian, meningkatnya potensi kebakaran hutan dan lahan serta berkurangnya sumber air untuk kebutuhan rumah tangga,” kata dia.

Berdasarkan hasil monitoring terhadap perkembangan musim kemarau, menurut dia, menunjukkan seluruh wilayah DIY sudah memasuki musim kemarau dan puncak musim kemarau diprakirakan pada Agustus 2020.

“Secara normalnya awal musim hujan DIY dimulai pada pertengahan Oktober hingga awal November,” kata Etik Setyaningrum.

Sumber : Antara

Bayu

Kasus Corona DIY Melonjak Setelah Jogja Makin Terbuka

Previous article

Sultan Apresiasi Program #TerusUsaha

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

More in News