Kab Gunungkidul

10 Warga di Gunungkidul Terpapar Gejala Antraks

0

STARJOGJA.COM, Info – Sepuluh warga di Kalurahan Hargmulyo, Gedangsari, Gunungkidul mengalami penyakit mirip gejala antraks. Guna kepastian penyakit ini, warga yang bergejala telah diambil sampel untuk diuji di laboratorium.

Lurah Hargomulyo, Sumaryanta membenarkan dugaan warga di wilayahnya terjangkit antraks. Dugaan ini muncul karena ada puluhan warga yang mengkonsumsi sapi yang berpenyakit.

Dia menjelaskan, peristiwa dugaan penyakit antraks ini bermula adanya sapi milik salah seorang warga yang mati secara mendadak pada Kamis (19/1/2022). Sebanyak 65 orang iuran masing-masing Rp100.000 untuk kemudian diberikan diserahkan kepada pemilik sapi, sebagai ganti rugi.

Selanjutnya, daging sapi tersebut dibagikan kepada warga yang ikut iuran.

“Itilahnya dibrandu. Yakni, memberikan sejumlah uang kepada pemilik sebagai pengganti, kemudian daging sapi dibagikan ke warga yang ikut iuran,” kata Sumaryanta, Jumat (28/1/2022).

Menurut dia, ada 30 warga yang telah mengkonsumsi daging sapi ini. Dari jumlah tersebut sepuluh orang mengalami gejala seperti penyakit antraks mulai dari meriang hingga bagian tangan melepuh karena luka.

“Sudah diberikan penanganan dan sudah diambil sampel untuk kepastian penyakit yang diderita,” katanya.

Baca juga : 2 Warga Gunungkidul Diduga Terjangkit Antraks

Selain pengambilan sampel untuk uji laboratorium, sisa daging yang belum diolah juga sudah dimusnahkan dengan cara dibakar.

“Kami berharap kepada warga yang mengalami gejala segera ke puskesmas untuk mendapatkan perawatan,” katanya.

Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Gunungkidul, Retno Widyastuti membenarkan adanya dugaan antraks di Kapanewon Gedangsari. Meski demikian, hingga saat ini sudah dilakukan pengambilan sampel untuk diuji di laboratorium.

“Hasil pengujian sampel belum keluar,” katanya.

Sekretaris Dinas Kesehatan Gunungkidul, Abdul Azis mengatakan, sudah mendapatkan laporan terkait dugaan penyebaran antraks di Kapanewon Gedangsari dari dinas peternakan dan kesehatan hewan. Tindaklanjut laporan ini dilakukan upaya penanggulangan secara bersama-sama sesuai dengan ketugasan yang dimiliki.

“Untuk kepastian kasus juga sudah diambil sampel mulai dari darah warga, tanah hingga contoh daging yang masih tersisa,” katanya.

Menurut Azis, upaya dinas kesehatan untuk penangan juga sudah memberikan obat-obatan kepada warga yang bergejala. Selain itu, juga sudah dilakukan pelacakan kasus untuk mengurangi risiko penyebaran yang lebih luas.

“Memang untuk kepastian masih menunggu hasil uji laboratorium. Tapi, upaya penanggulangan juga sudah dilakukan,” katanya.

Ditambahkan dia, munculnya kasus antraks di Gunungkidul sudah beberapa kali terjadi mulai dari Bejiharjo, Kapanewon Karangmojo dan Gombang, Kapanewon Ponjong. Azis mengungkapkan, dugaan kasus di Hargomulyo hampir sama dengan penyebaran di Kalurahan Gombang. Yakni, adanya tradisi brandu yang masih berkembang di masyarakat.

“Kasus di Gedangsari bermula adanya sapi yang mati mendadak. Kemudian, daging dari hewan ini dibagi-bagikan ke masyarakat,” katanya.

Menurut dia, tradisi brandu sangat berbahaya karena berpotensi menularkan penyakit hewan ke manusia.

“Seharusnya hewan mati mendadak harus dikubur dan bukan dibagi-bagikan ke warga. Dalam agama juga sudah jelas, ada larangan memakan bangkai hewan,” katanya.

Sumber : Harian jogja

Bayu

Sultan Sebut Kemungkinan Omicron Sudah Masuk DIY

Previous article

Kasus Covid-19 Meningkat, Sultan HB X Meminta Persiapkan Penanganan Covid-19

Next article

You may also like

Comments

Leave a reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *